Oleh Ai Setiawati
SMPN 1 Sukatani, Purwakarta, Jabar
Sinta termanggu didepan layar laptop, sesekali aku buka beranda facebookku. Kebetulan lagi iseng aja, lagi mencari ide untuk menulis. Aku buka satu-persatu ada beberapa ajakan berteman. Mataku tertuju pada satu nama “ROSANDI” rasanya nama itu aku kenal. Ku buka profilnya satu persatu, dadaku pun berguncang begitu keras, rasanya nggak percaya. Orang yang telah aku lupakan 20 tahun yang lalu sekarang muncul di depanku walapun dalam dunia maya. Sudahlah,,,aku lupakan , abaikan saja.
Hampir dua bulan aku tidak pernah membuka lagi fb. Rupanya dia tahu, kalau aku sempat membuka fbnya. Diapun mengirim pesan inbok. Akhirnya aku buka juga dan ternyata isinya dia menanyakan kabar kedua orang tuaku dan meninggalkan nomor WA. “Maaf,,,sudah lupakan saja kisah yang sdah usang, tak ada guna diungkit kembali” Begitu jawabku dalam inbok itu.
“Tak ada maksud apapun, kecuali aku minta maaf darimu dan kedua orang tuamu, maafkan aku dunia akhirat” Jawabnya
“Aku sudah memaafkanmu, bersama dengan berjalannya waktu, sudah ku hapus jejakmu dalam ingatanku” Jawabku
Sudahlah aku lupakan kisah yang sangat menyedihkan dan menyakitkan dan hampir saja aku kehilangan nyawa gara-gara aku frustasi.
Memoriku jadi teringat kembali pada kisah yang tak akan ku lupa sepanjang hidupku. Dari kisah itu aku banyak mengambil hikmah tentang hidup.
“Maaf, aku harus pergi dan mengambil keputusan” Kataku diseberang telepon
Jalanku masih panjang, tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku. Silahkan kamu pilih saja dia. Akupun melanjutkan kisahku, walaupun bayanganmu selalu menghantuiku.
Hari itu, sinta berangkat ke kampus mau melakukan bimbingan dengan Dosen Pembimbing 1. Apa yang terjadi, ketika sudah didepan dosen, aku nangis sejadi-jadinya, sakit sekali. Ku tumpahkan semua rasa sakit ini. Dalam tangisku, aku berjanji, aku harus menjadi orang yang berhasil.
“Silahkan, luapkan semua kesalmu, Nak!” Kata Bu Dosenku seraya mengusap kepalaku
“Sinta, kamu harus kuat, ayo bangkit, lanjutkan cita-citamu, jangan kecewakan orang tuamu” Kata Bu Dosen menguatkanku.
Sore itu sinta duduk santai sambil memandangi bunga-bunga yang baru saja aku siram di temani anak bungsunya. Tiba-tiba hanphonenya berbunyi. Ada nomor yang tidak aku kenal. Aku abaikan saja, ternya nomor itu terus menerus menghubungiku sampai 5 kali. Akhinya akupun menelepon balik. Ternya dia adalah adikknya.
“Asallamuallaikum,,,Teteh, ada amanat dari Aa,,, mohon maaf yang sebesar-besarnya, salam sama kedua orang tua” Sahut adikknya
“ Waallaikum salam, Ya, sama-sama, kenapa gitu neng?” Tanyaku
“Aa sudah meninggalkan kita semua, dua hari yang lalu, beliau terkena Covid” Jawabnya
“Inalillahiwainaillaihirijiun” Jawabku
Dunia serasa gelap, jantung terhujam rasa penyesalan, Sinta pun menangis sejadi-jadinya.